Kreatifitas : Alternatif Mengatasi Pengangguran

Dalam obrolan ringan reuni kecil teman-teman se angkatan beberapa hari yang lalu, banyak yang kita perbincangkan. Mengenang masa kuliah dulu, berorganisasi bahkan sampai mengenai pekerjaan masing-masing. Seorang teman cerita tentang pekerjaan seorang teman yang lain, berprofesi sebagai pelayanan jasa pengangkut sampah. Pekerjaan itu ia lakukan setiap hari di beberapa tempat menyusuri komplek perumahan/ruko/pasar yang ada di Kota Pontianak ini. Saya tidak bermaksud mengekspose profesi seseorang apalagi teman sendiri, tetapi yang menarik bagi saya adalah mental berwiraswasta dengan mengandalkan kreatifitas yang ada.
Sebagian dari kita mungkin berpikir, bahwa pekerjaan pengangkut sampah itu rendahan dan kotor, pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang berpendidikan rendah, terbelakang secara ekonomi dan mungkin sebagai pilihan terakhir rasa putus asa terhadap peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dari itu, tetapi ini beda, ia seorang sarjana.
Ditengah persaingan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang setiap tahunnya ribuan orang mengadu nasib dari yang mengikuti jalur penerimaan murni sampai yang “maaf” menggunakan jasa (calo’) untuk lulus dan menjadi PNS sebagai status mereka di masyarakat, ada juga sebagian dari mereka (baca: para sarjana) yang mencoba menjalani pekerjaan swasta yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Terlebih dengan bermodalkan kreatifitas, seseorang mampu menciptakan peluang usaha mandiri (informal), bahkan menciptakan peluang kerja bagi orang lain.

Pengangguran
Indikator penting dalam ketenagakerjaan adalah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yaitu rasio dalam persen antara jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (penduduk usia di atas 15 tahun). TPAK Kalimantan Barat pada bulan Agustus 2010 sebesar 73,17 persen atau angkatan kerja sebanyak 2,2 juta orang, menurun 0,28 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 73,45 persen. (Hasil Survey Angkatan Kerja Nasional, Agustus 2010 dalam Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Barat No. 59/12/61/Th. XIII, 1 Desember 2010).
Selanjutnya, pada rasio dalam persen antara jumlah pengangguran terhadap angkatan kerja, yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kalimantan Barat pada bulan Agustus 2010 sebesar 4,62 persen atau jumlah penganggur 101,6 ribu orang. Walaupun telah terjadi penurunan dibanding Agustus 2009 sebesar 5,44 persen, pengangguran tetap menjadi masalah sosial yang mesti ditanggulangi. Dari data tersebut, Kota Pontianak sebagai penyumbang jumlah pengangguran terbesar di Kalimantan Barat, yakni mencapai 20,3 ribu orang.
Berdasarkan data di atas, kiranya tepat jika para sarjana yang ada pada saat ini mulai mengaplikasikan ilmu yang didapat dari bangku kuliah atau melalui pengalaman berorganisasi untuk mencari jalur alternatif, tidak hanya bekerja secara formal menjadi PNS tetapi menjadi wiraswasta (informal) yang kreatif dibanding menunggu formasi penerimaan PNS setiap tahunnya dan malah justru menambah prosentase pengangguran saja.

Kreatifitas sebagai Alternatif
Kreatifitas menurut David Chambell adalah suatu ide atau pemikiran manusia yang bersifat inovatif, useful (berdaya guna), dan dapat dimengerti (understandable). Kreatifitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Atau dengan kata lain kreatifitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.
Kreatifitas adalah jantung dari inovasi. Tanpa kreatifitas tidak akan ada inovasi. Sayangnya, banyak pendapat keliru tentang kreatifitas. Misalnya, kreatifitas itu hanya dimiliki segelintir orang berbakat, kreatifitas itu pembawaan sejak lahir, kreatifitas selalu dimiliki oleh orang yang berkemampuan akademik dan mempunyai kecerdasan yang tinggi. Ini pendapat yang keliru. Semua orang memiliki kreatifitas, terkadang kemalasanlah yang membuat pikiran orang itu terbelenggu. Jika mau belajar, pasti semua orang mampu menciptakan inovasi atau gagasan baru. Seperti yang dimaksudkan John Kao, pengarang buku Jamming : The Art and Discipline in Bussiness Creativity, (1996), mengatakan “Kita semua memiliki kemampuan kreatif yang mengagumkan. Dan benar kreatifitas bisa diajarkan dan dipelajari”.
Berbagai penelitian membuktikan, sekalipun kreatifitas bisa dirangsang dan ditingkatkan dengan latihan, namun tidak berarti orang cerdas dan berkemampuan akademik tinggi otomatis bisa kreatif. Lagi pula, untuk jadi kreatif ternyata tidak cukup berbekal skill dan kemampuan kreatif belaka. John G. Young, (2002), berkesimpulan bahwa kreatifitas juga membutuhkan kemauan atau motivasi.
Dengan mengaca pada kreatifitas yang lahir untuk menjadi koordinator pelayanan jasa pengangkutan sampah di lingkungan sekitar, tidak hanya menjadi pekerjaan yang dapat menghasilkan uang tetapi juga bisa membantu Pemerintah Kota Pontianak khususnya dalam hal menjaga kebersihan lingkungan dan membuka peluang pekerjaan bagi orang lain. Dengan demikian kreatifitas merupakan solusi alternatif dalam mengatasi pengangguran. Semoga.! 
*Tulisan ini pernah dimuat di Harian Pontianak Post tahun 2011

Comments

Opini Populer

Bersabar dalam Berhaji

Catatan Perjalanan Ibadah Umrah (- 1 -)

Catatan Perjalanan Ibadah Umrah (- 2 -)